Header Ads

Mantan Pelatih Liverpool Rafael Benitez Membongkar Rahasia Kesuksesan Liverpool Di Istanbul

Rafael Benitez's Istanbul memories | Tactics, Gerrard switch and ...

Mantan pelatih Liverpool Rafael Benitez membongkar rahasia kesuksesan The Reds menciptakan malam keajaiban di Istanbul seusai mengalahkan AC Milan di final Liga Champions 2005.
Pada hari ini, 25 Mei, 15 tahun lalu, Liverpool juara Liga Champions untuk kelima kalinya dengan mengalahkan Milan 3-2 lewat adu penalti di Stadion Ataturk.

Jamie Carragher dan kawan-kawan tidak hanya menjadi juara, tetapi juga menciptakan keajaiban pada malam itu. Pasalnya, Liverpool yang sudah tertinggal 0-3 di babak pertama bisa menyamakan kedudukan di babak kedua hingga akhirnya menang lewat adu penalti.
Lewat situs resmi Liverpool, Benitez mencoba mengungkapkan kesuksesan taktik serta kemampuan timnya dalam memberikan perlawanan hingga sampai bisa menumbangkan Milan.

Menurut Benitez, Liverpool kala itu tidak diunggulkan. Berbanding terbalik dengan Milan yang juara Liga Champions dua musim sebelumnya sekaligus juara bertahan Liga Italia.
Meski tidak diunggulkan, Benitez menyebut Merseyside Merah cukup percaya diri berada di final. Hanya saja, kesalahan membuat mereka tertinggal 0-3 terlebih dulu di babak pertama lewat gol Paolo Maldini di menit pertama dan dua gol dari Hernan Crespo (39' serta 44').

"Saya mencoba menjaga semangat kompetitif di dalam tim, dan saya pikir dengan sedikit keberuntungan kami bisa menjadi tim yang lebih baik," kata Benitez.
Benitez memasukkan gelandang Dietmar Hammann di awal babak kedua menggantikan bek kanan Steve Finnan. Liverpool pun memainkan tiga bek tengah di 45 menit babak kedua dengan menumpuk pemain di lini tengah.
Dengan strategi tersebut, Steven Gerrard (54'), Vladimir Smicer (56') dan Xabi Alonso (60') sukses menyamakan kedudukan.

"Kami membaik ketika beralih dengan tiga pemain di belakang, yang memberi kami lebih banyak kontrol di lini tengah," tutur pelatih asal Spanyol itu.
Mantan pelatih Napoli itu tahu, Carlo Ancelotti yang pada masa tersebut melatih Milan, masih memiliki banyak senjata lain guna menggempur pertahanan lawan.
Ancelotti memainkan winger lincah, Serginho, di menit-menit akhir. Liverpool yang kehabisan stok pemain pengganti tidak kehilangan akal.
Benitez menarik Gerrard turun ke belakang menjadi bek kanan. Langkah tersebut cukup efektif untuk menghambat serangan Rossoneri dari Serginho sekaligus membuat Liverpool tidak lagi kebobolan untuk keempat kalinya.

 "Anda harus tahu pemain Anda. Dialah [Gerrard] yang memiliki lebih banyak energi," ucap Benitez.
Final itu dipersiapkan secara detail oleh Benitez, termasuk dengan rencana adu penalti. Tim pelatih Liverpool memiliki informasi dan statistik tentang eksekutor-eksekutor penalti dari Milan.
Hasilnya, kiper Jerzy Dudek sukses mematahkan dua penalti dari Andrea Pirlo dan Andriy Shevchenko, sedangkan sepakan Serginho melayang di atas mistar.

Sementara itu, pencetak gol dari  Liverpool dalam adu penalti adalah: Hamann, Djibril Cisse, dan Smicer. Tendangan John Arne Riise diblok Dida.
"Ketika menuju penalti, itu adalah hasil dari keberuntungan dan kerja keras karena lima penendang penalti Milan. Kami tahu empat di antaranya sangat baik dan di mana biasanya mereka menembak," tutur Benitez.
Gelar Liga Champions tersebut jadi yang pertama bagi Liverpool setelah 21 tahun. Kali terakhir Liverpool menjadi juara Liga Champions adalah sebelum pada musim 1983/1984.

Tidak ada komentar