Header Ads

Ronaldo De Lima Salah Satu Pemain Terhebat Yang DIganggu Oleh Cederanya

Brazilian Ronaldo picks his namesake for the Ballon d'orRonaldo Luis Nazario de Lima tidak diragukan lagi adalah salah satu pemain terbaik yang pernah ada di dunia sepak bola. Andai dia tidak diganggu cedera, Ronaldo mungkin bisa jadi yang terhebat.
Ronaldo jauh lebih dulu mengorbit sebagai bintang masa depan sepak bola di dunia sebelum era Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, ataupun Ronaldinho. Petualangannya di Eropa dimulai bersama dengan klub Belanda, PSV Eindhoven pada tahun 1994 silam.

Performa Ronaldo yang baru berusia 18 tahun di musim pertamanya langsung mengundang decak kagum. Kecepatan, skill, kemampuan duel satu lawan satu, gocekan, dan mental Ronaldo ibarat anomali dari seorang pemain muda.
Ronaldo tampil menawan dan penampilannya langsung disukai oleh para fan PSV. Total telah 30 gol yang telah dicetaknya di musim pertama, termasuk dengan hattrick ke gawang Bayer Leverkusen di Piala UEFA musim 1994/1995.

Hattrick yang membuat penyerang Leverkusen dan pemain yang mengantarkan timnas Jerman juara Piala Dunia 1990, Rudi Voller, sampai terheran-heran melihat aksi dari Ronaldo.
 "Tak pernah dalam hidup saya melihat seorang pemain 18 tahun bermain dengan cara seperti ini," kata Voller memuji.
Ronaldo hanya bermain dua tahun di PSV. Di usia 20, Ronaldo direkrut klub top Spanyol, Barcelona dengan rekor transfer US$19,5 juta. Di musim pertamanya, anak muda kelahiran Rio de Janeiro tampil begitu luar biasa.
Dari 49 pertandingan, Ronaldo mencetak 47 gol di semua kompetisi. Blaugrana pun diantar Ronaldo meraih tiga gelar yakni Piala Winners, Piala Raja, dan Piala Super Spanyol.

Di musim tersebut, Ronaldo juga meraih gelar El Pichichi dan peraih sepatu emas Eropa dengan torehan 34 gol dari 37 laga.
Kisah Ronaldo di Barcelona hanya berlangsung semusim karena ia dipinang oleh Inter Milan kembali lewat rekor transfer. La Beneamata menebus klausul kontrak sang pemain senilai US$27 juta.
Ronaldo langsung jadi pujaan di Italia dan bermain selama lima musim dengan seragam Inter. Il Fenomeno atau Sang Fenomena hanya memberikan satu gelar untuk Inter karena kariernya justru lebih akrab dengan cedera.

Cedera terjadi di musim ketiga bintang asal Brasil bersama Inter. Ronaldo mengalami cedera sobek tendon lutut kanan saat Inter menang atas Lecce 6-0 pada November 1999.
Cedera tersebut membuat Ronaldo harus naik ke meja operasi dan menjalani pemulihan selama lima bulan. Ronaldo baru kembali bermain di final Coppa Italia melawan Lazio pada 12 April 2000.
Sialnya, Ronaldo baru saja bermain selama enam menit. Cedera dilututnya kembali kambuh  tanpa mengalami benturan dengan pemain lawan saat menggiring bola ke kotak penalti Lazio.
Akibat cedera keduanya tersebut, Ronaldo absen selama 521 hari hingga akhir musim 2001/2002. Rentang waktu dari 1999 sampai 2002 lebih banyak dihabiskan Ronaldo di ruang perawatan.

Banyak yang memperkirakan Ronaldo bakal habis setelah dua cedera parah yang membuatnya absen dalam waktu lama. Apalagi, setelah kembali bermain tahun 2002, gocekan-gocekan khas Ronaldo yang mengundang decak kagum sudah jarang terlihat.
Ronaldo bermain lebih sederhana dan pintar. Ia tidak lagi bertumpu pada kecepatan dan gocekan-gocekan yang membuat lutut kanannya dua kali mengalami cedera parah.
Cara bermain tersebut terbukti membuat karier pengoleksi tiga gelar pemain terbaik dunia itu cukup awet. Ronaldo masih bisa bermain hingga 2011 dengan membela Real Madrid, AC Milan, dan klub Brasil Corinthians.

Bersama dengan Madrid, Ronaldo meraih tiga gelar yaitu La Liga, Piala Interkontinental, dan Piala Super Spanyol. Sementara bersama dengan timnas Brasil, Ronaldo dua kali menjadi juara Piala Dunia tahun 1994 dan 2002 serta dua gelar Copa Amerika tahun 1997 dan 1999.
Setelah 10 tahun melanglang buana di Eropa, Ronaldo kembali ke Brasil memperkuat Corinthians dari 2009 hingga memutuskan untuk pensiun tahun 2011. Ronaldo pun mengakhiri kariernya dengan tiga gelar pemain terbaik dunia yang mungkin bisa lebih banyak diraihnya andai tak diganggu oleh cedera parah yang dialaminya.

Tidak ada komentar