Header Ads

Pemain Dari Liga Inggris Yang Tidak Bersedia Gaji Mereka Dipotong

Premier League - WikipediaPemain-pemain di level elite Liga Inggris bersikeras belum buka suara soal kesediaan mereka untuk menerima pemotongan gaji selama pandemi virus corona atau Covid-19.
Sikap keras kepala pemain-pemain Premier League itu akhirnya memakan korban. Liverpool dan Tottenham Hotspur yang masuk ke dalam klub besar Liga Inggris saat ini merumahkan para karyawannya karena kesulitan keuangan sebagai imbas dari wabah virus corona.

Andai saja para pemain Liga Inggris tersebut bergerak cepat dengan bersedia mendapat pemotongan gaji dari klub, karyawan-karyawan klub tersebut mungkin tidak akan mendapatkan 'cuti'.
Padahal, gaji para pemain Liga Inggris itu merupakan yang paling tinggi di antara lima liga top Eropa saat ini. Sebanyak 20 klub Premier League musim ini memiliki pengeluaran tahunan 58,7 juta poundsterling atau setara dengan Rp1,1 triliun untuk membayar gaji pemainnya.
Sementara itu, gaji pemain 20 klub La Liga Spanyol hanya 40,7 juta poundsterling, Serie A Liga Italia memiliki total gaji tahunan 30,1 juta poundsterling, sedangkan Bundesliga Jerman dan Ligue 1 Prancis ada di angka 29,4 juta poundsterling serta 20,9 juta poundsterling.

Akan tetapi, sampai saat ini belum ada keterangan resmi dari para pemain Premier League itu di media-media Inggris, bahwa mereka bersedia dan akan menerima pemotongan gaji guna untuk membantu keuangan klub atau mengatasi permasalahan virus corona.
Sikap dari pemain-pemain di Negeri Ratu Elizabeth berbeda jauh dengan pemain-pemain dari La Liga. Pemain Barcelona jadi yang pertama yang menyatakan bersedia menerima pemotongan gaji sebesar 70 persen.
Tidak hanya itu, Lionel Messi dan kawan-kawan juga memastikan karyawan klub tersebut menerima 100 persen gaji mereka setelah skuat utama mendapat pemotongan gaji.

Atletico Madrid menyusul keputusan pemain Blaugrana dengan menerima pemangkasan gaji 70 persen. Pengurangan gaji itu guna menopang upah pekerja non-staf Los Rojiblancos.
Terhentinya kompetisi dan sejumlah turnamen di Eropa akibat Covid-19 membuat klub-klub di Benua Biru tak terkecuali di Liga Inggris tidak lagi mendapat pemasukan dari tiket penonton, hak siar televisi, hingga tur stadion serta museum. Bahkan penjualan merchandise klub disebut ikut berkurang karena corona ini.
Di tengah situasi yang sulit seperti saat ini, respons cepat dari pemain sangat dibutuhkan. Terlambat sedikit atau bahkan jika abai, orang lain terkena imbasnya.

Liverpool dan Tottenham merumahkan para karyawan non-staf mereka. Bahkan, The Reds yang notabene juara bertahan Liga Champions sampai berharap pemerintah Inggris ikut menanggung gaji pegawai mereka. Langkah Liverpool dan Tottenham merumahkan karyawan mengikuti keputusan Newcastle United, Bournemouth, dan Norwich City.
Jika permintaan Liverpool kepada pemerintah itu sampai jadi kenyataan, hal tersebut sangat disayangkan. Karena Liverpool berada di posisi ketiga sebagai klub Liga Inggris dengan pengeluaran gaji tahunan terbesar, di bawah Manchester City dan Manchester United.

Selain Menteri Kesehatan, parlemen Inggris juga mengancam akan menaikkan pajak pemain-pemain Liga Inggris atau penalti lainnya, jika Premier League tidak juga bereaksi membantu pemerintah menanggulangi masalah Covid-19.

Tidak ada komentar