Header Ads

Rafael Benitez Pengantar Liverpool Sebagai Sang Juara

Five of Rafa Benitez's greatest cup winsLiga Champions adalah penghapus dahaga gelar Liverpool, termasuk ketika Rafael Benitez membawa The Reds berjaya di Stadion Olimpiade Ataturk pada 2005.
Keajaiban Istanbul adalah keberhasilan pertama Liverpool membawa kembali trofi Liga Champions dalam dua dekade.
Dalam final melawan AC Milan merupakan salah satu bentuk kejelian Benitez dalam meramu taktik. Bermaksud mengungguli jumlah pemain di lini tengah, Liverpool dengan formasi 4-4-1-1 malah kocar-kacir dan ketinggalan 0-3 pada babak pertama.
Melihat situasi tak menguntungkan, mantan bek yang pernah mendapat ilmu di akademi sepak bola Real Madrid itu lantas mengubah formasi menjadi 3-4-2-1.

Keseimbangan dalam menyerang dan bertahan, serta keberadaan pemain-pemain sayap membuat jalan cerita berubah. The Reds mencetak tiga gol penyimbang di babak kedua yang memaksa laga dilanjutkan ke adu penalti.
Liverpool juga 'hanya' menang dalam adu penalti yang kerap identik dengan dewi fortuna, namun tanpa kemampuan taktikal mumpuni dari Benitez muskil Steven Gerrard dan kawan-kawan bersorak girang di podium juara.
Bisa dikatakan pencapaian Liverpool hampir 15 tahun lalu itu adalah prestasi terbaik Benitez sebagai juru latih.

Benitez muda mengawali kiprah di lapangan hijau sebagai pemain. Cedera membuatnya lebih cepat mengenal dunia manajerial.
Pada usia 26 Benitez menjadi salah satu staf pelatih Madrid dan kemudian ditunjuk sebagai pelatih tim muda Los Blancos. Serangkaian hasil apik mewarnai karier Benitez sebagai pelatih di level kompetisi di usia muda. Selain itu sosok yang pernah membela tim pelajar Spanyol itu sempat menjadi asisten pelatih kawakan Vicente del Bosque.
Langkah Benitez di level utama diawali dengan melatih klub-klub semenjana di Spanyol seperti Real Valladolid, Osasuna, dan Extremadura.

Sempat istirahat selama setahun, Benitez kemudian membesut Tenerife pada tahun 2000 dan membuat kesebelasan kasta kedua itu promosi. Hasil tersebut ternyata membuat Valencia tertarik. Keputusan klub berjuluk Kelelawar itu tak salah, Benitez memberi gelar La Liga pada tahun 2001/2002 dan 2003/2004 serta Piala UEFA 2003/2004.
Sukses tersebut tak membuat Benitez bertahan lama di Valencia. Perselisihan internal membuatnya hengkang dan memilih Liverpool sebagai pelabuhan.
Sosok manajer yang dikenal mengedepankan rotasi pemain itu meraih empat gelar bersama Merseyside Merah. Selain Liga Champions, Benitez mempersembahkan Piala FA, Community Shield, dan Piala Super Eropa.

Menjadi manajer Liverpool, Benitez tak bisa menghindari perang urat syaraf dengan Jose Mourinho dan Sir Alex Ferguson.
Dalam empat tahun terakhir kebersamaan dengan Liverpool, Benitez tak berhasil menambah koleksi trofi hingga sepakat tak melanjutkan kerja sama pada tahun 2010.
Tak lama putus dari Liverpool, Benitez menandatangani kontrak dengan Inter Milan. Piala Super Italia dan Piala Dunia Antarklub ternyata bukan jaminan Benitez bertahan di Inter. Performa angin-anginan membuat pihak klub memberhentikan Benitez.

Pada 2012 atau hampir dua tahun setelah dipecat dari Inter, Benitez menerima pinangan Chelsea sebagai pelatih interim. Separuh musim menangani The Blues gelar Liga Europa diamankan Benitez.
Coppa Italia dan Supercoppa Italia menjadi buah tangan Benitez dalam dua musim menangani Napoli sebelum gagal total di Madrid. Menangani klub yang sempat membesarkan namanya sebagai pelatih, Benitez gagal membawa Madrid tampil dengan lebih baik.
Karier Benitez berlanjut ke Newcastle United. Gagal menyelamatkan The Magpies dari degradasi, Benitez tetap dipertahankan klub dan kemudian benar-benar mengangkat Newcastle ke Premier League setelah satu tahun di Championship League. Baru pada 2019 Benitez berpisah dengan Newcastle dan menjadi pelatih Dalian Professional yang berlaga di Liga Super China.

Tidak ada komentar