Header Ads

Alasan Mengapa Valentino Rossi Berbeda Dengan Pembalap MotoGP Lainnya

VR46 and his mechanic, Alex Briggs. | Valentino rossi, Valentino ...Mekanik Valentino Rossi, Alex Briggs, mengungkapkan sikap yang membedakan The Doctor dengan pebalap hebat MotoGP yang lain.
Brigss telah bekerja sebagai mekanik Rossi selama 20 tahun mulai dari Honda, Yamaha, hingga Ducati. Sebelumnya pria asal Australia itu enam tahun bekerja sebagai mekanik Mick Doohan.
Briggs menganggap Rossi sebagai pembalap yang berbeda. Dalam wawancara dengan Monster Energy, Briggs mengaku terkesan sejak awal bertemu dengan Rossi.

"Doohan selalu ingin menang, bahkan balapan dari hotel ke cirkuit menggunakan mobil rental. Doohan ingin menang semua hal. Ketika Rossi bergabung pada 2000, dia sudah dua kali merebut juara dunia," ujar Briggs dikutip dari AS.
"Hanya dalam tiga hari, Rossi sudah tahu semua nama [kru] kami. Dia tahu apakah kami punya kekasih atau istri, apakah kami punya anak dan apa yang mereka lakukan. Dia sangat dekat dengan kami, dan itu sangat hebat. Ada pebalap yang bekerja dengan tim untuk beberapa tahun, dan mereka bahkan tidak tahu nama atau keluarga mekanik," ucap Briggs.

Briggs juga mengaku tidak pernah melihat Rossi marah di garasi tim selama 20 tahun kerja bersamanya. Sesuatu yang dianggap Briggs harus dicontoh oleh pembalap Petronas Yamaha Fabio Quartararo jika ingin sukses di MotoGP.
"Rossi semakin cepat jika dia senang. Dia suka bercanda, bercanda mengenai apapun. Cara dia melakukan wawancara atau balapan, sama dengan cara dia menjalani hidup. Dia sangat lucu. Dia punya mental berpikir yang tidak pernah saya temukan. Dia mengendalikan semua hal. Saya tidak pernah melihat dia panik," ucap Briggs.
"Pebalap lain yang masih dalam tahap belajar, seperti Fabio Quartararo, harus tetap fokus untuk membuktikan dirinya bisa menang. Mental membalap adalah mereka yang mampu mengantisipasi apa yang akan terjadi kedepannya," ujar Briggs.

Terakhir Briggs mengatakan tidak melihat Rossi marah kepada kru ketika kalah dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP seperti saat dikalahkan Nicky Hayden pada 2006 atau dari Jorge Lorenzo pada 2015.
"Yang saya banyak belajar dari Rossi adalah dia tidak pernah menyerah. Selama 20 tahun bersama kami melalui balapan yang fantastis dan juga balapan buruk. Saya tidak pernah melihat dia, bahkan sekali saja, menendang tembok atau melempar helm," ucap Briggs.
"Bahkan seusai kehilangan gelar juara dunia, dia tidak pernah kehilangan kontrol. Dia tetap menghormati kerja keras dan usaha orang-orang di sekitarnya," ujar Briggs.

Tidak ada komentar