Header Ads

Demi Meraih Trofi Fernando Torres Kehilangan Naluri Mencetak Gol

Fernando Torres adalah salah satu striker berbahaya di akhir era 2000-an. Namun kemudian ia seolah menukar ketajaman demi trofi-trofi bergengsi yang diraih setelahnya.
Torres adalah salah satu pemain yang mencuat dengan cepat di usia muda. Sebagai pemain yang berusia belasan, Torres sudah dianggap menjadi salah satu bintang masa depan Spanyol. Ia bahkan sudah menjadi kapten Atletico pada usianya yang belum genap 20 tahun.

Ketajaman Torres di Atletico membuat sejumlah klub besar Eropa berminat merekrutnya. Chelsea yang tengah membangun era baru bersama Jose Mourinho menjadi salah satu klub yang berminat mendapatkan tanda tangan dari seorang Torres.
Tawaran itu selalu ditolak oleh Torres. Namun setelah tujuh tahun tanpa trofi di Atletico, Torres akhirnya tergoda untuk berpetualang ke luar Eropa dengan Liverpool jadi tempat tujuan berikutnya pada 2007.
Torres datang ke Liverpool sebagai pemain termahal dalam sejarah The Reds saat itu. Torres diharapkan bisa menjadi striker tajam di Liverpool seperti halnya Robbie Fowler dan juga Michael Owen.

Harapan itu berhasil diwujudkan Torres. Penyerang Spanyol itu menjelma jadi mesin gol 'The Reds' dalam waktu singkat. Torres bahkan sudah mencetak 33 gol dalam musim pertamanya sebagai pemain Liverpool.
Meski tidak setajam di musim pertama, nama Torres tetap ditakuti sebagai striker tajam di Liverpool dua musim berikutnya dengan mencatatkan 17 gol dan 22 gol.
Hanya dalam tiga musim, Torres sudah menjelma jadi pemain kesayangan suporter Liverpool. Namun kegembiraan dan kehangatan yang diterima Torres terasa kurang lengkap karena ia belum juga meraih trofi di level klub.

Setelah menjalani paruh pertama musim 2010/2011, Torres memutuskan untuk meninggalkan Liverpool untuk bergabung dengan Chelsea. Torres bergabung dengan Chelsea dengan status sebagai pemain termahal di Liga Inggris pada saat itu plus pemain termahal keenam dalam sejarah di waktu tersebut.
Namun ketika Torres bergabung dengan Chelsea, ketajamannya seolah-olah  menghilang. Torres yang tampil mematikan bersama Liverpool seolah tidak cocok dengan skema permainan 'The Blues'.
Mencetak gol mendadak jadi pekerjaan yang sulit bagi Torres. Torres yang mempunyai kecepatan saat melakukan tusukan ke kotak penalti kehilangan kesempatan tersebut. Caranya melakukan penyelesaian ke gawang lawan yang terbilang dingin pun sulit terlihat di Chelsea. Torres hanya mencetak satu gol di sisa musim 2010/2011.

Pada musim berikutnya penampilan Torres tidak juga membaik. Namun sebagai gantinya, ia meraih trofi Piala FA dan Liga Champions. Kontribusi paling kentara Torres dalam upaya Chelsea merebut Liga Champions adalah gol kedua Chelsea yang dicetak pada semifinal melawan Barcelona di Camp Nou. Gol yang memastikan Barcelona tersingkir. Terlepas dari itu, Torres hanya mencetak tiga gol di Liga Champions musim itu.
Torres seolah menukar ketajaman yang ia miliki dengan trofi. Meski tidak lagi setajam saat di Liverpool, Torres berhasil mendapatkan trofi yang diimpikan oleh banyak pemain.
Di tengah inkonsistensi prestasi Torres, musim 2012/2013 bisa disebut sebagai musim terbaik Torres di Chelsea. Meski hanya mencetak delapan gol di Liga Inggris, Torres mempunyai peran yang vital di balik keberhasilan Chelsea pada saati menjadi juara Liga Europa dengan catatan enam gol. Torres berhasil mencetak 22 gol di musim itu.

Momentum 2012/2013 itu ternyata tidak bisa menjadi momentum kebangkitan untuk Torres. Setelah momen itu, penampilan Torres kembali menurun sehingga akhirnya dipinjamkan ke AC Milan pada 2014/2015. Torres tidak bisa menemukan ketajamannya kembali di Italia dan memilih untuk pulang ke Atletico Madrid.
Di Atletico, Torres tetap tidak bisa lagi tampil dengan tajam dan mencetak lebih dari 12 gol dalam semusim. Ia hanya jadi pelengkap lini depan milik Atletico.

Meski demikian, Torres kembali memiliki keberuntungan dalam hal trofi. Ia memenangkan Liga Europa 2017/2018 bersama Atletico Madrid.
Dengan gambaran di atas, fase karier Torres di level klub bisa digambarkan pada dua tahap. Tahap pertama ketika Torres menjelma menjadi predator mematikan namun tanpa trofi di tangan. Sedangkan tahap kedua ketika ia kehilangan ketajaman namun justru mendapat trofi bergengsi di dalam genggaman.

Selamat ulang tahun,  Untuk sang legenda Fernando Torres!

Tidak ada komentar