Header Ads

Penyesalan Jorge Lorenzo Meninggalkan Yamaha Dulu

Penyesalan selalu datang terakhir. Itu mungkin yang sedang dirasakan Jorge Lorenzo. Keputusannya dalam meninggalkan Yamaha seusai MotoGP 2016 seharusnya tidak dilakukan oleh juara dunia MotoGP tiga kali tersebut.
Tanggal 18 April 2016 mungkin tidak akan pernah bisa dilupakan Lorenzo. Pada hari itu pihak Yamaha dan Lorenzo mengambil keputusan untuk berpisah usai MotoGP 2016 setelah sembilan musim bersama.
Sebuah keputusan yang seharusnya membuat Lorenzo menyesal. Betapa tidak. Lorenzo melepas hal berharga yang dimilikinya di MotoGP, yakni tim dan sepeda motor terbaik untuk pebalap asal Spanyol itu.

Namun, emosi sesaat membuat Lorenzo melakukan blunder. X-Fuera mengambil keputusan yang pastinya tidak ingin diulanginya. Lorenzo meninggalkan Yamaha di puncak karirnya, semua karena kebencian terhadap Valentino Rossi.
Sudah menjadi rahasia umum hubungan Lorenzo dengan Rossi tidak pernah baik sejak kedua pembalap kali pertama menjadi rekan setim di Yamaha pada 2008. Puncaknya terjadi pada MotoGP 2015 ketika Rossi menuduh Lorenzo mendapat bantuan dari Marc Marquez untuk menjadi juara dunia.

Lorenzo tidak menunggangi Yamaha hampir terlihat tidak seperti pebalap juara dunia. Lorenzo terpuruk bersama tim Ducati di musim pertama dengan hanya mampu merebut tiga finis podium.
Di musim kedua bersama Ducati pada 2018, Lorenzo mulai sedikit bangkit dengan merebut tiga kemenangan. Tetapi, Ducati kemudian mengambil keputusan dini untuk mendepak Lorenzo. Lorenzo pun terdampar di Repsol Honda, terpuruk menjadi rekan setim Marc Marquez.

Di pengujung musim MotoGP 2019 Lorenzo mengeluarkan pernyataan mengejutkan, memutuskan untuk pensiun setelah gagal total di musim pertama bersama Honda. Honda pun dengan berbesar hati menghapus kontrak satu tahun yang tersisa dengan Lorenzo.
Yang kemudian menjadi aneh adalah, Lorenzo hanya butuh kurang dari tiga bulan untuk menyatakan kembali dari pensiun dengan menerima tawaran Yamaha untuk menjadi pembalap tes mereka pada 30 Januari 2020.
Beberapa keputusan yang diambil kemudian membuat Lorenzo mendapat kritikan yang tajam. Lorenzo menerima status wildcard tampil di MotoGP Catalunya pada musim ini. Bahkan pebalap 32 tahun itu membuka kemungkinan bergabung dengan Petronas Yamaha sebagai pengganti Fabio Quartararo.

Munafik, menjilat ludah sendiri, mata duitan. Itu adalah sejumlah kritikan yang yang didapatkan oleh Lorenzo ketika memutuskan kembali ke Yamaha.
Lorenzo dianggap munafik karena memutuskan begitu cepat untuk kembali dari pensiun. Marquez sampai menyindir Lorenzo dengan mengatakan, "Lorenzo pensiun karena takut dengan Honda, bukan karena balapan."
Lorenzo juga dianggap menjilat ludah sendiri karena pernah mengklaim bisa tampil cepat dengan sepeda motor selain Yamaha. Lorenzo juga dikritik mata duitan karena takut kehilangan uang setelah pensiun dari MotoGP.

Kritikan untuk Lorenzo tidak salah, karena sejak awal Lorenzo seharusnya tidak meninggalkan Yamaha. Lorenzo seharusnya tidak mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat yang membuatnya kini dalam keaadaan terpuruk.
Lorenzo seharusnya bertahan di Yamaha seusai MotoGP 2016 karena Rossi sedang berada di pengujung kariernya. Lorenzo seharusnya lebih kuat dalam menghadapi 'nama besar' Rossi, karena faktanya Lorenzo pembalap terbaik Yamaha dalam satu dekade terakhir.
Fakta membuktikan Lorenzo satu-satunya pembalap yang mampu mengalahkan Marquez dalam perebutan gelar juara dunia sejak The Baby Alien promosi ke MotoGP pada 2013. Lorenzo adalah pembalap yang mampu membuat sepeda motor Yamaha tampil  menjadi agresif, seperti yang dilakukan Quartararo pada musim lalu.

Terbukti Yamaha tidak mampu berbuat banyak ketika Lorenzo memutuskan untuk pergi. Bahkan Yamaha mulai disalip Ducati dan Suzuki dalam beberapa musim terakhir.
Andai Lorenzo 'tutup kuping' dan lebih sabar dalam menghadapi Rossi, pembalap kelahiran Palma da Mallorca itu mungkin bisa merebut gelar juara dunia MotoGP tambahan bersama Yamaha.
Penyesalan sudah dirasakan Lorenzo. Tinggal bagaimana cara Lorenzo membuktikan keputusannya untuk kembali ke Yamaha yang mendapat banjir kritikan tidak sia-sia.

Tidak ada komentar