Header Ads

Mario Gotze Menjadi Pemain Yang Tidak Beruntung Di Masa Puncak Kariernya

Bundesliga | Mario Götze to use World Cup snub as motivation - AS.com

Mario Gotze sempat menjadi aset berharga Jerman. Namun pahlawan Piala Dunia 2014 itu justru kini mengalami nasib yang tidak jelas terkait dengan masa depannya.
Gotze pernah diyakini bakal jadi salah satu bintang besar Jerman di masa depan. Namanya disejajarkan dengan nama-nama legenda Jerman yang mengantar negara tersebut menuju kejayaan.
 Ia bahkan dulu sempat dijuluki 'Messi dari Jerman' lantaran kecepatan dan kemampuan dalam menggiring bola serta melihat alur permainan.

Gotze adalah pemain yang matang dalam waktu yang cepat. Ia jadi bagian penting dari Borussia Dortmund era Jurgen Klopp saat ia masih berusia belum genap 20 tahun.
Puncak kegemilangan Gotze bersama dengan Jerman tentu terjadi di Piala Dunia 2014. Sempat mencuri perhatian di babak penyisihan dan jadi man of the match pada duel lawan Ghana, Gotze justru minim menit bermain ketika Jerman memasuki fase gugur.

Gotze bahkan tidak dilirik turun sebagai pengganti ketika Jerman menghancurkan Brasil dengan skor 7-1 di babak semifinal. Pun begitu halnya di babak final.
Gotze hanya duduk manis di bangku cadangan dan menyaksikan rekan-rekannya berjuang melawan Argentina. Namun ketika pertandingan memasuki menit ke-88, Joachim Low memutuskan menurunkan Gotze untuk menggantikan striker veteran Miroslav Klose.

Keputusan Low terbukti tepat. Gotze yang masih memiliki kaki yang segar sukses merepotkan Argentina. Puncaknya di menit ke-113 ketika ia menerima umpan silang dari Andre Schurrle. Gotze mengontrol bola dengan dada dan melepaskan tendangan voli dari sudut sempit.
Bola tak mampu dibendung oleh Sergio Romero. Jerman menang lewat gol tunggal Gotze dan menjadi man of the match di final Piala Dunia 2014 saat usianya masih 22 tahun.
Setahun sebelum final Piala Dunia 2014, Gotze membuat keputusan besar dengan memilih bergabung dengan Bayern Munchen. Klopp sudah berusaha menahan, namun tak mampu meyakinkan Gotze untuk bertahan.
Selama di Munchen, Gotze tak bisa memberikan perbedaan yang signifikan. Meski sukses mencetak 30 gol di dua musim awal, peran Gotze memudar ketika di musim 2015/2016 saat ia hanya tampil sebanyak 14 kali di Bundesliga.

Gotze pun tak terpilih dalam skuat Jerman yang tampil di Piala Eropa 2016.
Coba mengubah peruntungannya, Gotze kembali ke Borussia Dortmund di awal musim 2016/2017. Dalam pernyataan di akun facebook miliknya, Gotze mengaku menyesal telah meninggalkan Dortmund untuk pergi ke Munchen.
"Hari ini, tiga tahun kemudian pada usia 24 tahun, saya melihat keputusan itu dengan cara yang berbeda," kata Gotze.

Upaya Gotze mengembalikan performanya di Dortmund tidak membuahkan hasil yang bagus. Peran Gotze tidak krusial dan ia menghabiskan empat tahun kontrak di Dortmund dengan penampilan yang terbilang jauh berada di bawah periode pertamanya di klub tersebut. Meski demikian Gotze tetap mampu mempersembahkan gelar DFB Pokal dan Piala Super Jerman.
Salah satu kendala kebangkitan Gotze adalah ia mengidap myopathy. Hal ini membuat otot-otot Gotze bermasalah.
Dengan penampilan yang di bawah rata-rata, Gotze dan Dortmund akhirnya tidak melakukan perpanjangan kontrak. Pada 3 Juni, Gotze berulang tahun ke-28, usia yang seharusnya menjadi usia emas dan puncak karier pemain sepak bola.

Namun Gotze harus menghadapi masa depan yang tidak pasti dan kemungkinan ketertarikannya yang minim dari klub-klub besar mengingat penampilannya terus menerus menurun dibandingkan saat ia masih dianggap sebagai salah satu pemain muda terbaik dan calon bintang masa depan.

Tidak ada komentar